Penyebaran virus Corona (COVID-19) hingga kini masih terus bertambah. Hal ini berdampak pada perkembangan perekonomian negara yang semakin menurun, bahkan terancam resesi. Sebenarnya apa itu resesi ekonomi?
Beberapa negara seperti Korea Selatan, Singapura, Jerman, Hongkong, hingga Amerika Serikat bahkan sudah melaporkan terjadinya resesi ekonomi.
Resesi ekonomi ini ditandai dengan penurunan pada Produk Domestik Bruto (PDB), merosotnya pendapatan riil, jumlah lapangan kerja, penjualan ritel, dan terpuruknya industri manufaktur. Lalu apa sebenarnya Resesi itu?
Daftar Isi
Pengertian Resesi
Apa itu resesi?
Artikel Terkait
Resesi adalah keadaan ketika pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.
Tentunya ada beberapa faktor yang menandakan suatu negara mengalami resesi. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya resesi ekonomi adalah sebagai berikut.
1. Pertumbuhan ekonomi yang lambat

Perkembangan ekonomi digunakan sebagai tolak ukur untuk menentukan baik buruknya kondisi ekonomi suatu negara.
Dengan kata lain, jika pertumbuhan ekonomi negara tersebut mengalami kenaikan, maka negara tersebut dalam kondisi ekonomi yang baik dan bebas dari resesi.
Begitupun sebaliknya, pertumbuhan ekonomi mengacu pada pendapatan nasional (PDB/GDP) yang merupakan jumlah total dari konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, serta ekspor yang dikurangi nilai impor.
Jika pendapatan nasional suatu negara mengalami penurunan, dapat dipastikan bahwa negara tersebut mengalami resesi.
2. Tingginya inflasi atau deflasi

Inflasi memang sangat berguna untuk membantu mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, jika terlalu tinggi dapat mempersulit kondisi ekonomi masyarakat.
Hal itu disebabkan karena harga produksi dan komoditas yang semakin mahal sehingga tidak dapat dijangkau oleh masyarakat, khususnya kalangan menengah ke bawah. Jika kenaikan inflasi ini tidak diimbangi dengan daya beli masyarakat yang tinggi maka kondisi perekonomian akan semakin parah.
Selain inflasi, deflasi yang tinggi juga dapat menyebabkan resesi. Harga komoditas yang menurun drastis bisa mempengaruhi tingkat pendapatan dan laba perusahaan. Sehingga terjadi kerugian karena biaya produksi yang tidak tertutup.
3. Tingkat pengangguran tinggi

Sumber daya manusia menjadi salah satu faktor penting dalam perekonomian bangsa.
Apabila suatu negara tidak dapat menyediakan lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja lokal,
maka tingkat pengangguran akan semakin tinggi. Akibatnya, masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka sehingga memicu tindakan kriminal.
4. Ketidakseimbangan produksi dan konsumsi

Keseimbangan antara produksi dan konsumsi merupakan dasar pertumbuhan ekonomi suatu negara. Apabila produksi dan konsumsi tidak seimbang, maka akan terjadi masalah dalam siklus ekonomi.
Apabila tingginya jumlah produksi tidak diikuti dengan tingginya jumlah konsumsi, akan mengakibatkan penumpukan stok persediaan barang.
Begitu pula, jika jumlah produksi yang rendah sedangkan jumlah konsumsi tinggi, maka kebutuhan masyarakat tidak dapat terpenuhi sehingga terjadi impor. Hal tersebut mengakibatkan penurunan laba perusahaan yang berpengaruh pada lemahnya pasar modal.
5. Hilangnya kepercayaan investasi

Dalam mengembangkan perekonomian, setiap negara dituntut untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif.
Hal ini bertujuan untuk menarik investor agar berinvestasi. Namun, bila kepercayaan untuk berinvestasi ini hilang maka akan membuat pertumbuhan ekonomi semakin lambat dan memicu terjadinya resesi.
Baca juga : Pembangunan Ekonomi
Dampak Resesi Ekonomi

Sesuai namanya, resesi berarti kelesuan atau kemerosotan, resesi dapat menyebabkan penurun secara simultan pada semua sektor ekonomi. Seperti lapangan kerja, investasi, dan laba perusahaan.
Semisal, menurunya investasi pada saat resesi, maka akan mempengaruhi jumlah lapangan pekerjaan sehingga naiknya jumlah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Kurangnya produksi barang dan jasa yang menyebabkan penurunan PDB nasional. Jika tidak segera diatasi, efek domino resesi akan menyebar ke berbagai sektor.
Efek tersebut bisa berupa inflasi atau deflasi yang sulit dikendalikan maupun neraca perdagangan yang minus sehingga berdampak pada cadangan devisa.
Kondisi Ekonomi Indonesia Saat Ini
Berbagai pengamat dan ahli ekonomi sudah memprediksikan bahwa akan terjadi resesi Indonesia pada tahun 2020 ini. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 5,32 persen pada kuartal II-2020.
Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 ini mengalami kontraksi, namun belum berarti sudah memasuki resesi. Karena, resesi 2020 terjadi apabila pertumbuhan ekonomi suatu negara negatife pada dua kuartal secara berturut-turut.
Direktur Riset Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah menekankan, Indonesia akan masuk jurang resesi jika pertumbuhan ekonomi kembali negative pada kuartal III-2020. CORE sendiri memprediksikan ekonomi Indonesia berpotensi tumbuh negatife 3-4 persen pada kuartal III-2020.
Piter menambahkan, bahwa Indonesia baru bisa disebut resesi apabila pada bulan Oktober nanti BPS merilis kembali angka pada kuartal III yang negatif.
Indonesia sendiri sebenarnya sudah mengalami beberapa indikator yang dapat menyebabkan terjadinya resesi.
Cara Menghadapi Resesi Ekonomi

Ada beberapa hal yang perlu kita ingat saat menghadapi resesi, sebab hampir semua orang akan terkena dampak resesi ini, bahkan berpotensi kehilangan uang maupun pekerjaan. Untuk itu Anda harus mempersiapkan keuangan Anda agar bisa terhindar dari dampak resesi seminimal mungkin. Beberapa hal dapat Anda lakukan untuk menghadapi resesi sebagai berikut :
1. Membuat dana darurat
Ketika keadaan ekonomi semakin sulit, maka kemungkinan besar akan terjadi pemotongan jumlah karyawan. Begitupun dengan pebisnis yang bisa mengalami kebangkrutan atau penurunan pendapatan yang drastis.
Akan sangat sulit untuk mencari pekerjaan dengan nominal pendapatan yang sama pada saat resesi. Saat itulah dana darurat ini menjadi sangat penting dan bermanfaat untuk membantu mencukupi kebutuhan anda selama anda mencari pekerjaan baru atau membangun bisnis kembali.
2. Meninjau kembali untuk berinvestasi
Setiap investasi memiliki resikonya masing-masing. Tentunya Anda memilih instrumen yang sesuai dengan kondisi keuangan Anda, baik dari segi keuntungan maupun resiko.
Dalam persiapan menghadapi resesi ekonomi, tinjau kembali investasi yang Anda lakukan.
Jika Anda mengalami kesulitan saat menganalisa sendiri, mintalah pihak profesional untuk membantu Anda dalam memperhitungkan setiap aspek. Mulai dari detail risiko, perpajakan, biaya pengeluaran, dan lain sebagainya. Siapkan juga rencana lain untuk menghadapi resiko terburuk yang dapat terjadi.
3. Melunasi hutang
Dalam menghadapi resesi, cara ini terdengar klise namun sangat benar adanya. Untuk mempermudah dalam melunasi hutang secara perlahan terdapat dua strategi yang dapat diterapkan.
Yang pertama yaitu debt ladder. Cara ini memprioritaskan hutang berdasarkan suku bunga, sehingga jangan menabung atau melakukan pembayaran tagihan pada akun yang digunakan untuk membayar hutang ini.
Kedua adalah debt snowball yang merupakan cara membayar hutang dengan melunasi dari yang terkecil.
4. Kesampingkan kebutuhan jangka pendek yang tidak perlu
Sebaiknya, kesampingkan dulu untuk membeli kebutuhan yang tidak bersifat mendesak, dan masukkan dana yang sudah disiapkan kedalam rekening. Anggaplah Anda sedang berinvestasi untuk persiapan menghadapi resesi yang mungkin akan terjadi.
5. Membangun aset intelektual
Salah satu strategi terbaik untuk menjaga Anda di bidang karir adalah dengan bergabung di berbagai macam pelatihan atau sertifikasi yang berkaitan dengan bidan Anda atau yang menarik minat, apa pun yang dapat membantu karir Anda maju.
Dengan demikian, jika suatu saat terjadi resesi dan Anda kehilangan pekerjaan maka Anda akan terbantu dalam mencari pekerjaan baru dengan berbagai keterampilan yang Anda miliki.
6. Memulai bisnis sampingan
Dengan melakukan bisnis sampingan ini akan memberikan penghasilan tambahan selagi Anda melakukan pekerjaan rutin Anda. Sehingga, jika Anda kehilangan pekerjaan utama Anda saat terjadi resesi, usaha sampingan ini akan menjadi sumber lain, seperti pesangon atau tunjangan pengangguran.
Baca juga : Pertumbuhan Ekonomi
7. Mengikuti perkembangan Ekonomi
Dengan mengikuti perkembangan secara rutin, maka Anda akan paham tentang apa yang
sedang terjadi di dunia perekonomian saat ini. Anda mungkin akan menemukan
berbagai istilah perekonomian yang asing. Cari pengertiannya melalui internet dan pelajari hingga Anda paham.
Salah satu indikasi terjadinya resesi keuangan adalah kurva imbal hasil terbalik (inverted yield curve). Dimana suku bunga normalnya akan lebih tinggi jika jangka hutang semakin panjang. Kedua hal ini bisa berbalik saat menjelang resesi. Apabila Anda dapat memahami konsep kurva imbal balik terbalik ini, maka Anda akan memiliki setidaknya 1 tahun untuk mempersiapkan diri sebelum resesi datang.
Tidak ada komentar