Nama rumah adat Jawa Timur bukan hanya Joglo saja, lho. Jika rumah adat Sumatera Barat yakni rumah Gadang terkenal dengan arsitektur atapnya yang lancip, rumah adat Jawa Timur adalah hunian yang juga memiliki ciri khas tersendiri.
Keunikan rumah adat Jawa Timur, salah satunya terletak pada bangunan rumahnya yang banyak dan bermakna filosofis tinggi.
Hunian adat Jawa Timur ada beberapa jenis. Salah satu yang paling diketahui banyak orang adalah Joglo Situbundo karena bangunannya mirip dengan Joglo Jawa Tengah.
Selain itu masih ada jenis hunian adat lain selain Joglo Situbondo.
Apa sajakah itu?
Artikel Terkait
Nah, di kesempatan ini studioliterasi akan membahas terkait rumah adat Jawa Timur mulai dari keunikan hingga jenis-jenisnya.
Yuk, kita simak pembahasan berikut.
Daftar Isi
Rumah Adat Jawa Timur
Rumah adat Jawa Timur merupakan ciri khas provinsi terluas di Pulau Jawa serta sudah ada sejak zaman kerajaan hingga era modern seperti sekarang.
Hunian adat tersebut memiliki filosofi sangat kental, yaitu bersatunya Islam, Hindu, dan Budha yang merupakan tiga agama besar.
Setiap bagian bangunan juga mempunyai makna masing-masing di mana melambangkan harapan sekaligus doa dalam menjalani hidup di dunia.
Pada zaman dahulu rumah tradisional Jawa Timur terutama Joglo hanya dimiliki oleh kaum bangsawan kaya raya.
Namun seiring berjalannya waktu penghuninya tidak hanya orang kaya saja, melainkan berbagai kalangan masyarakat juga.
Selain Joglo ada jenis hunian adat lainnya di provinsi yang berbatasan langsung dengan selat Bali ini yaitu Using, rumah suku Tengger, Dhurung, serta Limasan Trajumas Lawakan.
Keunikan Rumah Adat Jawa Timur
Hunian adat provinsi Jawa Timur keunikannya terletak pada pembagian ruangan. Pembagian tersebut mulai dari pendopo, pringgitan, emperan atau teras, omah njero, sentong dan gandhok.
- Pendopo
Bagian pertama yaitu pendopo. Bentuknya seperti bujur sangkar dengan ciri khas berupa bangunan yang sangat megah serta ruangan luas tanpa sekat. Di setiap sisi serta sudutnya terdapat pilar-pilar penyangga.
Terdapat empat pilar utama penyangga yang sering disebut dengan Saka Guru. Keempat pilar tersebut melambangkan arah mata angin. Letaknya berada di tengah bangunan pendopo.
Bagian itu biasanya difungsikan sebagai tempat menerima tamu, menggelar kesenian tradisional, upacara adat atau melakukan rapat.
- Pringgitan
Kedua yaitu pringgitan yang merupakan penghubung antara pendopo dan omah njero. Fungsinya sebagai jalan masuk dari luar. Struktur bangunan tersusun oleh banyak pilar, namun tidak memiliki dinding dan sekat.
Selain sebagai jalan masuk, pringgit juga digunakan sebagai tempat mengadakan pertunjukan wayang.
Ketiga adalah emperan atau teras. Biasanya letaknya di bagian depan rumah serta dilengkapi dengan meja sekaligus kursi.
Di emperan ini merupakan tempat orang Jawa bersantai, menerima tamu atau melakukan kegiatan lain.
Keempat yakni omah njero. Bagian ini sangat privat dan memang khusus untuk anggota keluarga saja.
Berikutnya yang kelima yaitu sentong. Dalam bahasa jawa sentong artinya kamar. Ruangan ini adalah tempat istirahat bagi pemilik rumah beserta keluarga.
Sentong memiliki tiga bagian diantaranya sentong tengen, sentong kiwo serta sentong tengah.
Sentong tengen atau kamar di sebelah kanan adalah ruang istirahat untuk orang tua serta anak-anak. Sentong kiwo atau kiri adalah kamar tidur untuk sesepuh.
Sentong tengah merupakan ruangan yang dianggap paling sakral sekaligus suci. Biasanya kamar ini digunakan untuk menyimpan barang berharga dan bersejarah.
Bagian paling akhir ialah gandhok dimana letaknya ada di area rumah paling belakang. Pemilik biasanya menggunakan gandhok untuk menyimpan barang dan bahan makanan.
Gambar Rumah Adat Jawa Timur
Joglo

Joglo merupakan hunian adat Jawa Timur yang diketahui banyak orang.
Wujudnya sekilas menyerupai rumah tradisional Jawa Tengah. Namun untuk lebih spesifik, Joglo Jawa Timur disebut Joglo Situbondo.
Dahulu Joglo adalah simbol status sosial dari pemiliknya. Hanya orang-orang kaya dengan kedudukan tinggi yang mampu memiliki hunian ini.
Bentuk bangunan seperti limas atau dara gepak. Sementara itu kayu jati dijadikan sebagai bahan dasar membangun Joglo Situbondo.
Terdapat tiga jenis rumah Joglo Situbondo yaitu Joglo Sinom, Joglo Pangrawit, dan Joglo Hageng.
Using

Rumah adat Using berasal dari kota Gandrung yaitu Banyuwangi. Berdasarkan jumlah bidang atap, rumah ini dibagi menjadi tiga jenis diantaranya Tikel Balung, Crocogan dan Baresan.
Tikel Balung memiliki jumlah atap empat buah, kemudian Crocogan sebanyak dua atap, serta yang terakhir Baresan sejumlah tiga atap.
Pembagian ruangan terdiri atas hek atau baleh (pembatas), ampet (teras), jerumah (ruang tengah), dan pawon (dapur).
Rumah Adat Suku Tengger

Sesuai namanya, rumah tradisional ini dibangun oleh suku Tengger yang bermukim di lereng gunung Bromo.
Masyarakat Tengger menggunakan papan atau batang kayu sebagai material pembangunan hunian tinggal mereka.
Rumah Tengger hanya memiliki satu atau dua jendela saja dengan struktur atap dibuat sangat tinggi sehingga terlihat terjal.
Dhurung

Rumah Dhurung bentuknya seperti gubuk serta tanpa kayu atau bambu sebagai dindingnya. Bagian atapnya dibuat dari rumbai daun pohan.
Masyarakat biasanya memanfaatkannya sebagai tempat beristirahat sehabis bekerja di ladang atau sawah.
Tidak hanya untuk tempat istirahat, rumah Dhurung juga digunakan sebagai tempat bersosialisasi bagi warga sekitar.
Limasan Lambang Sari

Rumah dengan nama lain Limasan Trajumas Lawakan ini bentuknya unik. Atapnya berbentuk seperti limas dengan tiang sebanyak 16 buah.
Material yang digunakan untuk membangun hunian tradisional tersebut adalah kayu jati, nangka, sonokeling dan glugu. Bahan itu dipilih karena sangat kuat sehingga membuat rumah Limasan dapat bertahan lama.
Sementara itu pondasinya berbentuk umpak yang berfungsi untuk mengunci tiang atau kolom. Sedangkan bagian atapnya berupa balok penyambung.
Jadi kawan-kawan, rumah adat Jawa Timur ada lima yaitu Joglo, Using, rumah suku Tengger, Dhurung dan terakhir Limasan Lambang Sari atau Limasan Trajumas Lawakan.
Kita bisa melihat keunikan bangunan rumah mulai dari pendopo, pringgitan, emperan, omah njero, sentong serta gandhok.
Bagaimana? Sudah paham, kan?
Semoga materi kali ini memberikan manfaat untuk kawan-kawan pembaca studioliterasi.
Semangat!
Baca juga: Rumah Adat Bali
Tidak ada komentar