Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan bercorak Buddha di Indonesia. Bagaimanakah sejarah Kerajaan Sriwijaya? Dalam artikel kali ini kita akan mengenal lebih jauh tentang kerajaan ini, pemimpin, masa kejayaan dan kemunduran, hingga peninggalan bersejarahnya. Yuk simak ulasan di bawah ini!
Daftar Isi
Mengenal Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Buddha yang memiliki kontrol perdagangan di jalur utama Selat Malaka. Dikarenakan relasi raja-raja Sriwijaya berasal dari Jawa, maka dari itu kerajaan ini memiliki relasi yang erat pula dengan Jawa.
Sriwijaya sebagai kerajaan yang bercorak di bidang maritim bermula dari daerah pantai timur Sumatera yang telah menjadi jalur perdagangan sehingga ramai dikunjungi para pedagang dari India. Sekitar abad ke-VII masehi, lambat laun pusat perdagangan tersebut mulai berkembang.
G. Coedes berpendapat bahwa letak Kerajaan Sriwijaya secara geografis diperkirakan berada di Palembang, meskipun hal ini juga masih dipertanyakan sebab masih sedikitnya penemuan arkeologis di sana.
Artikel Terkait
- Cause and Effect: Rumus, Fungsi, serta Contoh Kalimatnyaby Andira Adi Fitria (Sma Studioliterasi) on 19 September 2023 at 3:45 am
Cause and effect merupakan salah satu jenis kalimat yang paling sering digunakan baik dalam teks maupun percakapan sehari-hari. Oleh karena itu, penting untuk kita mengetahui cara menyusun kalimat ini dengan benar. Sebagian orang pun masih melakukan kesalahan dalam menyatakan sebab dan akibat dalam bahasa Inggris. Misalnya, “Because sick, she can’t come to school.” Klausa pertama The post Cause and Effect: Rumus, Fungsi, serta Contoh Kalimatnya appeared first on Sma Studioliterasi.
- Jenis-Jenis Puisi Lama, Ciri-Ciri dan Contohnya, Lengkap!by Andira Adi Fitria (Sma Studioliterasi) on 18 September 2023 at 3:05 am
Puisi terbagi menjadi dua jenis, yaitu puisi lama dan puisi baru. Perbedaan yang signifikan diantara keduanya yaitu pada aturan penulisannya. Puisi lama biasanya lebih kaku karena adanya aturan seperti jumlah kata dan pengulangan kata. Setiap jenisnya pun memiliki ketentuannya sendiri. Kawan Literasi pasti sudah tidak asing dengan pantun atau syair. Pantun dan syair merupakan beberapa The post Jenis-Jenis Puisi Lama, Ciri-Ciri dan Contohnya, Lengkap! appeared first on Sma Studioliterasi.
- Kerajaan Kediri: Sejarah Kehidupan hingga Keruntuhannyaby Andira Adi Fitria (Sma Studioliterasi) on 17 September 2023 at 1:44 am
Kerajaan Kediri dikenal dengan nama Kerajaan Panjalu. Kerajaan ini berdiri pada sekitar abad ke-12 tahun 1042-1222. Berada di tepi Sungai Brantas, Jawa Timur, dahulu kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno dengan corak Hindu. Bagaimana kehidupan masa kerajaan ini berdiri dan apa penyebab keruntuhannya? Simak artikel kali ini hingga selesai! Awalnya, kerajaan ini adalah hasil The post Kerajaan Kediri: Sejarah Kehidupan hingga Keruntuhannya appeared first on Sma Studioliterasi.
- Lembaga Sosial: Jenis-Jenis, Ciri-Ciri, dan Fungsinyaby Andira Adi Fitria (Sma Studioliterasi) on 15 September 2023 at 9:53 am
Sebagai makhluk sosial, manusia tentu melakukan interaksi sosial. Nah, untuk bisa hidup dengan teratur, perlu sistem yang dapat mengaturnya, yaitu lembaga sosial. Institusi seperti sekolah, perusahaan, bahkan keluarga pun merupakan bentuk dari lembaga sosial. Menurut Koentjaraningrat, pengertian lembaga sosial adalah sistem tata kelakuan dan relasi yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kebutuhan hidup ini mencakup The post Lembaga Sosial: Jenis-Jenis, Ciri-Ciri, dan Fungsinya appeared first on Sma Studioliterasi.
Ada pula yang berpendapat letak Kerajaan Sriwijaya berada di Jambi, bahkan di luar Indonesia. J.L. Moens menyimpulkan bahwa Sriwijaya pada mulanya berpusat di Kedah, lalu dipindahkan ke Muara Takus. Ia menggunakan berita-berita China dan Arab untuk merekonstruksi peta Asia Tenggara.
Soekmono menyampaikan bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya adalah Jambi karena lokasinya terlindungi dan berada di dalam teluk namun menghadap ke laut lepas.
Dari berbagai pendapat yang ada, peneliti mengambil kesimpulan bahwa kerajaan ini adalah kerajaan nomaden, selalu berpindah tempat, dan tidak memiliki lokasi pusat pemerintahan yang permanen. Mereka lebih memilih untuk tidak terlalu memperhatikan pusat pemerintahan di darat dan memilih untuk terus mengawasi kekuasaan mereka di laut. Oleh karena itu kerajaan ini disebut sebagai kerajaan bercorak maritim.
Hal ini sangat mungkin terjadi, seperti pada teori Mandala yang menyatakan bahwa pusat kerajaan kuno Asia Tenggara adalah raja itu sendiri dan pengaruhnya, bukan kekuasaan ibukota kerajaan maupun teritorial seperti yang terjadi di Eropa.
Namun hingga saat ini Palembang dipilih menjadi kota sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya karena hasil penelitian yang paling banyak mendapat dukungan mengarah pada lokasi tersebut.
Kehidupan Agama Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya berhasil menjadi pusat pembelajaran agama Buddha di kawasan Asia Tenggara. Dalam catatan I-tsing, tercatat ribuan pelajar pelajar dan pendeta agama Buddha tinggal di Sriwijaya. Sakyakirti adalah salah satu pendeta Buddha yang terkenal.
Balaputradewa membangun sebuah asrama bagi para pelajar yang sedang belajar di Nalanda. Hal ini tercatat dalam prasasti Nalanda, India. Bentuk asrama tersebut memiliki kesamaan arsitektur dengan candi Muara yang berada di Jambi.
Hal tersebut menandakan bahwa Sriwijaya sangat memperhatikan ilmu pengetahuan bagi generasi muda, terutama pengetahuan agama Buddha dan bahasa Sansekerta.
Daerah Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya

Sriwijaya berpusat di antara Sumatera Selatan, sebagian besar pulau Jawa dan sebagian Malaysia. Ketika masa kejayaannya, daerah kekuasaan Sriwijaya meliputi Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa, Sulawesi dan Kalimantan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Saptika (2011) yang menyatakan bahwa Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan maritim yang kuat di Pulau Sumatera dan memberikan banyak pengaruh di Nusantara.
Raja-Raja Kerajaan Sriwijaya
Di bawah ini urutan raja-raja yang pernah memimpin Sriwijaya.
- Dapunta Hyang Sri Jayanaga (683 M)
Disebutkan dalam Prasasti Kedudukan Bukit dan Prasasti Talang Tuo, Dapunta Hyang Sri Jayanaga diperkirakan merupakan raja yang pertama sekaligus pendiri Kerajaan Sriwijaya.
Sriwijaya berhasil menguasai Sumatera Selatan, Bangka Belitung bahkan sampai ke Lampung. Selain itu sang raja juga melancarkan ekspedisi militer untuk menyerang Jawa yang dianggap tidak mau patuh kepada maharaja Sriwijaya. Karena serangan ini, akhirnya Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat dan Kerajaan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah runtuh dan berhasil ditaklukkan.
- Sri Indrawarman (702 M)
Prasasti Ligor A yang ditemukan di Thailand Selatan memberikan petunjuk untuk raja penerus Dapunta Hyang Sri Jayanaga, yang menyebut bahwa raja Sriwijaya menyerupai Indra yang membangun kuil di Lihor, serta catatan sejarah Dinasti Sung dari abad ke-11 menyatakan seorang raja Sriwijaya mengirim utusan ke Tiongkok.
- Dharanindra
Pusat kekuasaan Sriwijaya setelah kekuasaan Sri Indrawarman berpindah ke Jawa, yaitu Kerajaan Medang di Mataram, Jawa Tengah. Dharanindra muncul dari prasasti Ligor B dan prasasti Nalanda di India dengan gelar “Sailendrawamsatilaka Sri Wirawairimathana” yang berarti Permata Keluarga Sailendra.
Sailendra adalah wangsa yang sedang berkuasa di Jawa. Beberapa ahli menyimpulkan bahwa Sriwijaya telah jatuh ke dalam kekuasaannya.
- Raja Samaratungga
Terdapat dua persepsi mengenai Samaratungga. Krom berpendapat bahwa ia adalah anak Dharanindra, sedangkan Slamet Muljana berpendapat bahwa ia adalah cucunya.
Samaratungga memilih fokus pada kerajaannya, salah satunya adalah menyelesaikan pembangunan Candi Borobudur di Muntilan, Jawa Tengah. Ia memiliki putri bernama Pramodhawardani yang kemudian dinikahkan dengan Rakai Pikatan untuk meminimalisisr gesekan antara agama Hindu dan Buddha di Kerajaan Medang.
- Rakai Pikatan
Rakai Pikatan dan Balaputradewa (adik Samaratungga) saling memperebutkan kekuasaan dan peristiwa ini menyebabkan Balaputradewa terusir kembali ke Sumatera, tanah kakek dan leluhurnya.
Balaputradewa membangun kembali kekuasaan Sriwijaya di Sumatera yang berarti pecahnya Wangsa Sailendra menjadi dua bagian.
- Balaputradewa
Dalam prasasti Nalanda dijelaskan hubungan Balaputradewa dengan Raja dari Benggala, India, yang mana ia mendukung pendidikan pendeta Buddhis di Nalanda.
- Sri Udayadityawarman
Tak banyak informasi yang bisa diketahui dari Sri Udayadityawarman selain Kitab Sejarah Dinasti Sung yang mencatat bahwa nama raja Sriwijaya menurut J.L. Moens bisa disamakan dengan Sri Udayadityawarman.
- Sri Culamaniwarman
Sri Culamaniwarman merupakan raja yang membangun hubungan baik dengan kerajaan besar Cola di india dan Kekaisaran China. Ia membangun sebuah candi di salah satu komplek Muara Takus yang diberi nama Candi Bungsu atau Candi Muara Takus.
- Sri Marawijayatunggawarman
Raja ini menyerang Raja Jawa yang sebelumnya menyerang Palembang, Dharmawangsa teguh. Sebuah itu membuat Kerajaan Medang runtuh lalu Sri Marawijayatunggawarman digantikan oleh putranya.
- Sri Sanggramawijayatunggawarman
Dalam Prasasti Tanjore menyebutkan nama Sri Sanggrama Wijayatunggawarman dan menyatakan bahwa Sriwijaya telah ditaklukkan Kerajaan Cola. Namun kemudian dilepaskan dan Sriwijaya masih bisa berkuasa kembali.
Beberapa ahli menyatakan bahwa Sriwijaya yang dinyatakan pada abad ke-XIII sebagai pusat perdagangan dan pelayaran adalah bagian dari Kerajaan Melayu karena Singasari mengirimkan Ekspedisi Pamalayu yang menyatakan bahwa Sumatera telah dikuasai Kerajaan Melayu.
Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya mencapai puncak kejayaan atau zaman keemasan pada masa pemerintahan raja Balaputradewa yang memerintah sekitar abad ke-9 Masehi. Ia berhasil memperluas kekuasaan kerajaan hingga ke pulau luar Indonesia dan menumbuhkan perekonomian Sriwijaya.
Dalam prasasti Nalanda dijelaskan bahwa Balaputradewa merupakan keturunan dari Dinasti Syailendra. Ia adalah putra dari Raja Samaratungga dengan Dewi Tara. Ia juga menjalin hubungan baik dengan Kerajaan Benggala yang saat itu diperintah oleh Raja Dewapaladewa.
Perdagangan di kerajaan Sriwijaya mengalami kemajuan yang pesat terutama karena usaha Dapunta Hyang secara terus menerus melakukan perluasan daerah kekuasaan Sriwijaya. Semua penguasaan yang dilakukan didasarkan pada jalur perdagangan. Berkat usaha tersebut, Sriwijaya berhasil menjadi kerajaan yang besar.
Selain itu perkembangan perdagangan juga dipicu oleh letak geografis kerajaan yang strategis, yaitu berada di persimpangan jalur perdagangan internasional. Jalur perdagangan Sriwijaya membentang dari Laut Natuna hingga ke Asia Tenggara.
Masa Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya

Masa kemunduran atau keruntuhan Kerajaan Sriwijaya dikarenakan sistem ketatanegaraan kerajaan yang tidak tertata dengan baik, terlalu bergantung pada kehidupan perdagangan laut, dan kondisi kekuasaan wilayah darat yang kurang diperhatikan karena terlalu sibuk mengembangkan sektor kelautan.
Adapun beberapa faktor kemunduran Kerajaan Sriwijaya adalah sebagai berikut.
- Banyak daerah yang memerdekakan diri dari Sriwijaya. Diperkirakan hal ini karena melemahnya angkatan laut Sriwijaya, sehingga pengawasan menjadi lebih sulit.
- Keadaan alam sekitar Sriwijaya yang tidak lagi dekat dengan pantai. Perubahan aliran sungai Musi, Komering dan Ogan membawa banyak lumpur sehingga tidak kondusif untuk perdagangan.
- Serangan dari kerajaan lain terhadap Sriwijayam yang utamanya diluncurkan oleh Kerajaan Colamandala. Kemudian adanya ekspedisi pamalayu yang dilakukan oleh Kertanegara dan Singasari menyebabkan lepasnya daerah Melayu dari Sriwijaya.
Puncak runtuhnya kerajaan Sriwijaya adalah pada tahun 1377 saat mendapat serangan dari armada laut Kerajaan Majapahit.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Peninggalan kerajaan Sriwijaya yang menceritakan tentang sejarah Sriwijaya di antaranya adalah sebagai berikut.
- Prasasti Kedudukan Bukit (682 M)
Merupakan bukti pertama pendirian kerajaan Sriwijaya beserta raja pertamanya. Prasasti ini ditemukan di tepi Sungai Tatang, dekat Palembang
- Prasasti Talang Tuo (775 M)
Menceritakan tentang kekuasaan Sriwijaya di Ligor dan pendirian kuil. Sesuai dengan namanya, prasasti ini ditemukan di daerah Talang Tuo, sebelah barat Kota Palembang. Prasasti ini ditulis dengan menggunakan huruf Pallawa.
- Prasasti Kota Kapur (686 M)
Berisi kutukan terhadap para pembangkang Sriwijaya dan permintaan kepada para Dewa untuk menjaga kesatuan Sriwijaya, prasasti ini ditemukan di desa Penangan, Mendo Barat, Pulau Bangka.
- Prasasti Telaga Batu
Berisi kutukan bagi mereka yang melakukan kejahatan dan tidak patuh terhadap perintah Raja. Prasasti ini ditemukan di kolam Telaga Biru, Palembang. Namun, prasasti ini tidak dituliskan angka tahun pembuatannya, dan diperkirakan berasal dari tahun yang sama dengan prasasti Kota Kapur.
- Prasasti Leiden (1005 M)
Menceritakan hubungan baik antara Kerajaan Sriwijaya dengan Kerajaan Cola.
- Candi Muara Takus
Candi yang dibangun sebagai bentuk hadiah dan ketundukan Sriwijaya kepada kekaisaran China. Candi ini ditemukan di dekat Sungai Kampar daerah Riau.
- Arca Buddha
Ditemukan di daerah Bukit Siguntang.
- Prasasti Nalanda (860 M)
Merupakan pusat pembelajaran agama Buddha di India yang populer dan dikunjungi pendeta dari seluruh dunia. Balaputradewa adalah raja yang tercatat sebagai pendukung kegiatan pembelajaran di Nalanda.
Itulah sejarah mengenai Kerajaan Sriwijaya yang bisa Anda pelajari. Mengenal sejarah dan kebudayaan merupakan suatu hal yang penting. Jadi, semoga ulasan di atas dapat membantu!
Baca juga: Kerajaan Islam di Sumatera
Tidak ada komentar